BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Wednesday, August 5, 2009

Terima kasih, Selamat tinggal Pelangi.............

Kepiluan yang kucumbu tadi sore hinggap kembali di pelupuk mata, tatkala ia merintih dan menangis aku hanya terdiam, tak kuasa untuk putuskan sesuatu. Semuanya telah terlanjur terjadi, aku yang memiliki jasadmu bukan hatimu. Isakan tangis itu hanyalah isapan jempol bagimu. Aku tahu kau tak sesuci yang kau kira. Saat kau putuskan tali rahasia antara kita, aku mulai mengerti tentang diri dan jiwamu. Aku semestinya tak mengharap terlalu banyak, sebab hatiku tak pernah dimiliki olehmu. Kau rayu, kau bujuk, kau ancam aku dengan lemah gemulai tubuh indahmu. Terlintas sedikit saja untuk tergoda, tapi kau vonis itu sebagai suatu perangkap. Aku tak tahu harus berbuat apa ketika keindahan mutiaramu hadir didepan mata. Kau menghisap darah panasku dikepala, membuat aku ingin memuntahkan apa yang menyesak dalam dada. Setan dalam darah dan jiwaku mulai meronta, aku tak kuasa lagi untuk menolak. Kupalingkan wajah dan hatiku karena ini bukan merupakan suatu bukti, dan kau tetap memaksa aku, aku tak mengerti, tapi aku tahu apa yang kau ingin. Tetapi satu sandaran manja pun sudah cukup bagiku untuk buktikannya tiada lebih.
Aku merintih dan meringis tatkala jemari jiwamu merobek angan hitamku, terpaku, tiada berkutik. Segala keinginanmu saat itu tiada terlaksana, beratus kata maaf yang kuucap tiada berkenan dihatimu dan kau mulai menangis, aku berdiri dan sibakkan tirai jendela, kulihat pelangi di ujung cakrawala, ingin kuabadikan keindahan itu dan bergegas pergi tinggalkan dirimu dengan segala kepolosan.
Aku memang bodoh... kejadian itu takkan terulang lagi dan aku menyia-nyiakannya. Tapi tak mengapa karena ia terlalu berlebihan mengartikan apa inginku. Sayup senja mulai mengusir cerita itu, aku berdiri di bibir pesisir dan mulai mengabadikan semburat cahaya pelangi disana dengan dirimu ikut serta terpaku dibawah pelangi yang berbaur air mata dan senyum bibir tipismu. Kau memang menarik, kau sanggup menawan hati menikam jantung, dan aku terjerumus, sedang kau tidak pernah tahu bahwa aku merasa sebagai seseorang yang dikorbankan setelah aku tahu cinta, jiwa, dan tubuhmu pernah kau berikan untuk yang lain sebelum diriku, sebelum sempat aku menjadi lampiasan cerita yang pernah kau buat. Dan pastinya kau akan meminta tanggung jawabku terhadap apa yang tiada pernah kulakukan.



Pergilah... meski perih yang dirasa, tapi untuk yang terbaik, aku akan merelakannya. Selamat tinggal.

0 comments: