BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Wednesday, August 5, 2009

Awal Perjumpaan

Terpaku diriku pada sebuah kursi dari kayu, berpangku tangan sambil menyaksikan deraian air yang menetes basahi bumi tempat aku berpijak. Menunggu aku setelah menegarkan langkah untuk jumpa dirimu, telah aku penuhi janji yang tak pernah tersusun. Apakah dirimu mengetahui kehadiranku disini ?, karena sedari tadi tak kulihat dirimu melangkah susuri jalan itu. Kapankah rasaku menjadi nyata ?, sedangkan waktu terasa bergulir sangat lambat tidak seperti biasanya. Tersirat suatu bimbang dihati, mungkinkah kamu akan menghindariku, setelah mengetahui wujudku yang sebenarnya. Karena hanya suara yang selama ini pertemukan kita, hanya khayalan kasih yang menjadikan dorongan imaji untuk diriku yang telah lama tak temukan rindu seperti yang tengah kurasa. Bilakah kita bersua akan menjadikan mimpi buruk tidurmu ?, tidak… tidak mungkin itu terjadi, keagungan hatimu takkan berlaku sepicik itu. Tapi rasa ragu dan bimbang ini mengalahkan segalanya. Hingga saatnya pun tiba. Kau berdiri di depanku, tampakkan sebersit senyuman rindu namun malu. Tak kuasa kutatap beningnya mata indahmu.
Dengan jari lentikmu kau kibaskan percikan air yang bergulir di rambutmu. Kucoba membuka suasana, dengan sapaan lembut laksana seorang anak yang merindukan pelukan hangat sang ibunda.
Tapi yang kutahu kau hanya membisu, seakan tidak menginginkan kehadiranku disini, tapi saat itu tak aku pedulikan. Aku hanya mendengar suara hatiku yang menyatakan bahwa dirimu ternyata lebih indah dari yang kubayangkan, aku sangat terpesona. Tetapi dari tatapanmu mengisyaratkan hatimu tidak seperti yang seharusnya kuraih, dengan sedikit kata kau bergegas lalu melangkah pergi setelah berikan sepucuk surat untukku. Aku tetap terdiam dan membeku, menyaksikan dirimu yang tinggalkan aku lalu hilang di persimpangan dengan berlari kecil menghindari hujan yang seakan tidak akan mereda. Mungkin benar dugaanku, adanya diriku ditempat ini membuat sebuah bayangan diriku di benakmu telah sirna, menyadari diriku tak seperti yang kau impikan. Tapi tak mengapa…… sekali di jumpa pertama takkan mengisyaratkan kejadian nanti, meski hatiku sedikit kecewa, tapi aku masih punya harapan di jumpa kedua dan selanjutnya. Kegundahan mulai bersarang di jiwaku, apakah ini jumpa pertama untuk yang terakhir,
atau merupakan awal dari sebuah kisah penciptaan sebentuk kasih sayang yang menjanjikan suatu kedamaian bagi hati nurani seorang mahluk yang tengah membisu dihantam lebatnya hujan tengah hari ?.
gemeretak tulangku, parau suaraku, menyesak nafasku, dengan sendu aku melangkah menjauhi tempat yang menjadi saksi pertemuan itu, yang menjadi saksi kekalutan otakku, yang menjadi saksi tatkala aku melangkah pergi dengan sebuah harapan yang entah kapan akan terwujud.

0 comments: