BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, May 18, 2009

Salah Lidahku

Aku bertemu kekasihmu sore itu. Kami berjalan ditengah hujan deras disuatu tempat yang baru kali pertama aku tapaki. Saat itu kami banyak bercerita, saling bertukar cerita tepatnya. Semula aku bingung apa yang harus kuceritakan ketika ia bertanya. Aku hanya bercerita sedikit. Karena aku sangat gugup dan takut salah bicara. Suatu ketika kami berhenti karena hujan dirasa sudah sangat deras. Kami berteduh disuatu tempat yang berada dibelakang tempatmu juga orang banyak berada.

Lalu dia mulai bercerita, aku sangat kaget karena dia bercerita tentang sesuatu yang juga ingin aku ceritakan tapi aku sembunyikan. Ternyata sedikit banyak apa yang kami alami tak jauh beda. Entah apa yang aku rasakan saat itu rasanya sulit diterjemahkan. Hal itu membuat aku ingin bercerita juga tanpa ada yang harus disembunyikan. Mulai dari sebuah prosa yang kau berikan, kejadian yang pernah hadir, serta kata-kata yang pernah kau ucap kepada kami hampir sama. Kami merasa heran, dan aku merasa apa yang aku rasakan sama seperti apa yang ia rasakan juga. Kami coba untuk lebih saling terbuka satu sama lainnya, tapi sebenarnya kami malah sama-sama menjadi sakit. Mungkin itu lebih baik daripada kami saling menutup-nutupi. Toh kebenaran akan menyeruak dan aku akan lebih mengenal siapa kamu.

Ada perasaan kesal, benci, dan marah dihati kami. Sehingga kami lebih memilih untuk menghindar dari pandanganmu. Kami hanya menghindari emosi kami yang tak terkendali bila kau ada di hadapan kami. Entah apa yang akan kami lakukan padamu apabila kamu ada dihadapan kami. Rasanya banyak kata yang ingin aku lontarkan kepadamu, tapi aku tak sanggup mengatakannya karena terbentur oleh keadaan. Suatu saat aku melihat kekacauan di tempatmu berada dari kejauhan. Kami panik dan kami berharap kau tidak berada dalam kekacauan itu. Sementara kami menenangkan diri kami masing-masing. Sampai aku memutuskan untuk pulangpun aku tak tahu apa yang telah terjadi.

Suatu pagi aku berdiam diri di suatu ruang. Temanku menghampiriku dan mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak aku ketahui. Saat itu aku baru mengetahui keadaanmu yang sebenarnya. Aku terperanjat, lalu terjatuh. Entah apa yang terjadi sehingga aku tak sadar diri sesaat lalu teringat berbagai kata-kata yang terucap sore itu. Aku menyesal mengatakannya. Semua terjadi akibat lidahku sendiri. Aku melukaimu. Aku tak pernah memaafkan apa yang telah aku lakukan. Maaf. Bukan itu sebenarnya maksud hatiku. Emosi dan keegoisan yang menyebabkannya. Aku bodoh karena tak bisa menjaga lidah. Maafkan aku…aku melukaimu. _Cw't_

0 comments: