BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, May 18, 2009

Antar Aku Kembali

Aku bertemu sebuah perahu kayu nan elok penuh taburan bunga indah di tepi samudera. Aku sempat berlayar, namun tak lama karena ia harus pergi menepi kembali di samudera yang lain. Aku tak hiraukan itu karena ku ingin jelajahi samudera bersama perahu layar yang telah lama aku idamkan selama ini,meski aku belum melupakan kekecewaanku juga kenangan indah bersama perahu sebelumnya. Sayang perahu layar itu tak pernah bisa ku tumpangi karena terlalu indah untukku. Aku sedih dan aku tak berdaya, padahal aku sudah memohon kepada awaknya dan aku rela korbankan apapun, demi mencari permata bersamanya. Tetapi ia menolak dengan alasan ia tak enak hati dengan perahu lain yang juga mengharapkan aku menaikinya. Tetapi aku tak ingin dan aku memilih untuk tak pergi berlayar.

Lalu aku bertemu perahu kayu yang serupa tapi berbeda kondisinya di tahun berikutnya. Aku pernah mendengar cerita tentang perahu itu dari sahabatku. Perahu itu selalu mengalami masa sulit di perjalanannya. Beberapa kali ia hancur dan hampir tenggelam. Aku tak begitu tertarik karena kupikir itulah jalan hidupnya. Lalu aku dikabari bahwa perahu itu akan segera datang. Ku coba temui. Perahu itu menawarkan diri untuk aku tumpangi, aku tak menanggapi karena aku masih mengharapkan pergi berlayar bersama perahu layar yang selalu aku kagumi kemegahan rupanya. Tapi aku tahu apa yang akan terjadi bila aku tetap pada keinginanku, aku tak akan pernah temukan permata itu. Lalu ku pergi juga bersama perahu kayu itu walau ku terpaksa melakukannya demi obsesiku terhadap permata. Aku merasa canggung berada didalamnya karena perahu itu terlalu tua untuk ku tumpangi. Tapi apa artinya jika permatalah tujuanku sebenarnya. Aku terheran melihat keramahan awaknya dalam perjalanan itu, aku tersanjung dengan segala apa yang diberikan olehnya dan membuat hatiku berbunga. Kulihat kesungguhan dan ketulusan hati dia mengantarkanku ketempat tujuanku. Aku terkesima, perlahan akupun luluh dan coba untuk memautkan hatiku seutuhnya. Aku bahagia, aku banyak temukan butir-butir intan yang bisa buatku merasa tinggi, kaya, dan beruntung. Tak kusadari aku dapatkan badai besar yang mampu hancurkan perahu tempat kami memadu kasih. Kami coba tetap tegar dan tabah, ku sempat hampir terhanyut dalam badai itu. Lalu ia menolongku untuk tetap bertahan diperahu bersamanya. Dia tanamkan rasa semangatku untuk tetap melanjutkan perjalanan kami. Dan dia berhasil buatku tenang. Aku semakin mengaguminya. Badai itu tak kunjung berhenti, malah makin gencar saja ombak menghantam perahu kami. Aku sempat putus asa dan beberapa kali aku ingin pergi tinggalkan perahu itu, tapi ia mencegahku dan memohon, aku sendiri sebenarnya berat meninggalkan itu semua, dan keinginanku kuurungkan. Kami bertahan sampai beberapa purnama. Tapi badai itu menguat dan ombak berdatangan secara bertubi-tubi. Lalu aku berpikir lagi untuk pergi meninggalkan perahu itu, tapi aku kembali karena aku tak mungkin pergi tanpanya.

Aku tak mungkin menumpang pada perahu lain karena jiwaku ada pada perahu itu. Lagipula aku sudah merasa nyaman berada didalamnya, aku merasa bahagia dan hidupku terasa lebih berarti bila bersamanya, dan aku merasa kuat untuk terus berlayar meski alam seakan tidak mengijinkan kami. Tetapi aku tak ingin pergi berlalu tinggalkannya. Aku hanya berusaha untuk menjaga keutuhan perahu kami agar tak tertikam badai. Dan hancur. Aku tak ingin menjadi menyebab dari kehancuran perahu itu. Aku tak ingin ia mengalami kehancuran yang sama seperti dulu, apalagi itu semua karena aku. Aku tak akan maafkan diriku sendiri apabila itu terjadi. Suatu saat ia pergi meninggalkan perahu kami meninggalkan aku dan berjanji tak akan lama, ia akan kembali. Tetapi apa yang terjadi setelahnya.

Ya…ia kembali. Ia kembali bersama sebuah perahu layar yang penuh dengan tambalan baja, tetapi tetap terlihat indah dan kokoh. Ia datang dengan seorang penumpang lain. Aku terkaget, akan tetapi ada rasa tertentu yang sulit diterjemahkan oleh aku sendiri. Lalu yang selanjutnya terjadi, dengan tiba-tiba perahu yang ku taikipun retak karena bersentuhan dengan kapal layar mereka. Tak lama kemudian mereka pergi bersama kapal layar mereka. Dalam waktu yang bersamaan perahu kayuku hancur. Ternyata perahu mereka memang benar-benar kokoh karena mampu hancurkan perahuku. Kapal layar mereka mulai menjauh…jauh dan jauh…. aku hanya terapung di tengah samudera diatas sebuah kayu dari perahuku yang tidak ikut hanyut dan tenggelam. Aku meratapi perahunya yang terus melaju semakin jauh. Bertrilyun jaraknya. Aku mungkin tak sanggup mengejarnya, tetapi ada kemungkinan aku bisa berenang kesana karena aku masih punya sisa tenaga yang tak seberapa besarnya. Atau aku cukup berdiam diri mengharap ia akan kembali menjemputku. Tetapi itu tak mungkin karena kapalnya sudah terlihat sangat jauh dan sangat kecil terlihat dari tempatku terdiam. Tapi aku masih mampu melihatnya. Aku tahu kesempatanku untuk mengejarnya masih ada selama kapalnya masih terlihat, walaupun kemungkinannya sangat kecil. Hampir satu purnama aku terkapar di tengah samudera itu, aku merasakan waktuku hanya tinggal sedikit. Mungkin sebentar lagi aku akan mati karena separuh dari tubuhku mulai kaku. Tetapi aku coba bertahan, aku tak ingin hidupku berakhir disini.

Terlalu tragis dan sangat mengerikan. Tapi apa yang bisa aku perbuat di tengah samudera yang luasnya berhektar-hektar seakan tak berujung. Aku mulai merasa muak dengan keberadaanku disini. Aku tertawakan kebodohanku, aku tangisi kenangan indah perahuku yang telah hanyut. Aku tak ingin menyesal, aku tak ingin merasa benci karena mungkin inilah jalanku, aku yang memilih jalan ini, aku harus menerimanya. Aku senang karena aku tak mengecewakannya. Aku akan lebih senang apabila disana ia temukan kebahagiaan. Tapi kenapa ia tinggalkan aku disini? aku ingin kembali ke tempat dimana aku seharusnya berada dan berkembang. Aku tahu aku belum pantas berada disini, disituasi seperti ini, aku terlalu muda. Antar aku kembali dengan kapal layarmu. Walau aku harus berada di belakang perahumu dalam keadaan terseret karena aku tahu kapalnya tak kan bisa melaju melebihi kapasitasnya. Aku akan memohon. Bagaimanapun caranya, antarkan aku pulang. Kesana…ke pesisir. Walau aku tahu jasadku sudah ada disini, tapi jiwaku masih berada bersamanya. Akan kutinggalkan kebisuanku disini. Dan aku tetap menginginkan untuk kembali. Akan aku tunda harapanku meraih permata.

Mengapa kutunda? Karena aku yakin aku akan meraihnya dengan perahu berbeda yang berkenan mengantarkan aku kesana. Suatu saat nanti ia pasti datang. Dan aku akan pergi. Dengan tidak melupakan apa yang pernah terjadi dan terjalin dimasa lalu. Aku tidak akan pernah melupakan kehadiran perahu kayu dan awaknya yang baik itu dalam perjalananku. Tapi aku berharap kembali pulang. Antar aku pulang, antar aku kembali ke pesisir….kumohon…kembalikan aku!!!. _Cw't_

0 comments: