BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Wednesday, August 5, 2009

Tetap harus denganmu

Larik nada menurun lambatkan tempo birama keadaan, kulihat sekeliling ada kebijakan yang terduduk diam, hanya mata-mata pendusta ikut serta dalam keramaian nurani. Dentingan dawai kian meninggi dengan lantunan sumbang layu berdendang, puncak keharuan sapa setitik kedipan mata, sayup luruh bersama getaran hati. Pohon-pohon Pinus berebut tindih dengan cemara sebarkan wewangian khasnya, kujumpai lagi jatuhan buah keringnya tepat disisi. Dan tiadalah yang mampu selain Maha Perkasa yang ciptakan segala sesuatunya, begitu juga perasaan yang aku punya, karunia yang lazim didapat setiap hati dan tentu akan jatuh berbeda dari hentakan tamparannya.
Jangan pernah diam bila satu tanya terucap, jangan henti bicara dengan curahan kasih sebelum kuminta untuk berhenti sejenak, karena lelah jiwa pasti akan menghinggapi lagi di dirimu, kamu pun pasti bersua dengan kejenuhan dan aku minta buanglah jauh kejenuhan yang mengetuk pintu hatimu, biarkan aku tetap bercerita, berlantun, bersyair, tertawa, bahkan menangis saat aku tepat dihadapmu. Aku tetap mencoba membuka diri untuk kau pahami, kamu sedikitnya mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi,
terutama dengan rasa sayang serta cintaku yang aku cipta dan karyakan hanya untuk hati, diri, dan jiwamu, Aku harus bersamamu. Masa cita yang kupegang membutuhkan peran penting dari seorang yang bijak, taat, dan setia pada kasih sayangku. Aku percaya, aku melihat dengan mata kepala sendiri, aku merasakan dengan mata hati yang terbuka lebar. Selalu yakinkan aku untuk memberikannya hanya padamu, jangan lagi ada kepalsuan dengan dalih menikmati yang ada, aku takkan bisa berpindah ke perantauan hati yang lain. Semoga kau mengerti dan mau memandangku sebagai satu bukti kepercayaan dan kesungguhan.

Hakikat Kekuatanmu

Aku menyandarkan diri dipagar rembulan,
Bercakap tentang arti sebuah kekuatan. Nun jauh disana di Danau jiwa kureguk air kekuatan itu.
Bukan sebuah tinggi nada suara atau kekekaran jasad menghalangi, tetapi kesabaran jiwa untuk diam dan berlaku merupakan jawaban dari kekuatan.
Semasa kelemahan yang lebih nyata dikelopak mata mungkin hanya senda gurau untuk menutupi kelemahan.
Tubuh lemahku tiada sekuat jiwaku, dan ketabahan adalah salah satu sahabat karibnya.
Seperti juga dirimu dihadapanku, terkadang kau begitu kuat memandangi kenyataan, tidak seperti aku yang selalu bersembunyi dalam dekapan hangatmu.
Terkadang aku terlalu malu untuk menghadapi apa yang ada didepan mata, dan kaupun mengusirnya dengan penuh ketegaran.
Sudilah kiranya bila kau berkenan menjadi pelindungku, karena kau mempunyai kekuatan jiwa yang sungguh-sungguh tinggi, meski dibarengi dengan sempitnya langkah kakimu, kau tetap perlihatkan ketabahan itu.
Aku telah belajar banyak darimu, kamu adalah yang terbaik untukku.

Seharusnya dirembulan ini aku tak bersandar. Kenapa tidak aku mencoba untuk memikulnya dipundak lelahku.
Sedangkan kamu sendiri mampu menaklukkan bintang, dan sekarang bintang itu tengah bersinar dan bersemayam dalam matamu. Aku terpesona, aku terpana, karena aku cinta, karena aku sayang, terhadap segala apa yang ada dalam diri dan hatimu, seluruhnya, semuanya, seutuhnya. Dan aku takkan menghancurkan apapun yang aku sayang dan aku suka.

Kau Selalu Ada disini

Aku menari diatas bulan, nikmati atmosfer kasih yang tersimpan didada.
Melayang tanpa melangkah aku berpindah, hentakkan kaki tuk menjulang di Angkasa.Tahukah kamu kenapa aku sampai disini ?,
Tidak lain karena kereta kencana yang kau buat yang ditarik oleh kuda terbaik pilihanmu.Kini aku bisa berteriak dalam kehampaan, karena aku berbahagia menyadari tentang selalu adanya dirimu dimataku, takkan terpisah jauhnya jarak kembali. Menginjak-injak muka penerang malam meskipun bintang-bintang sangat jauh untuk kuraih.
Disini kutemukan kebahagiaan,
Disini kuketahui arti sebuah kesunyian,
Disini pula aku mulai menikmati sebuah luka yang akan kembali membuka.
Disini aku bisa bulatkan kata untuk ucap seutas janji.
Atmosfer jiwaku... kau membuat aku hidup dengan ketebalanmu, seringkali aku menyadari tentang kebesaran kasihmu tuk reinkarnasikan ketulusan sukma. Meskipun pernah terulang tapi aku yakinkan kamu yang terakhir yang mendapat curahan terbesarnya.
Gravitasi hatiku... kau menarik aku untuk terkapar dibelahan pangkuanmu,
kau sejukkan tenggorokan dan wajahku dengan tetesan air mata haru yang luruh melewati pipimu. Kau sebarkan benih kasih yang tidak terkesan paksaan.
Gelombang sukma yang menjulur hangatkan aku saat dipelukmu, maukah kau untuk tidak memberikannya lagi pada yang lain, karena orang lain tidak akan pernah punya rasa seperti yang tengah aku beri kepadamu.
Jasadmu bukan lagi sebagai patokan, tetapi ketulusan hatimu yang kurasa lewat kecupan indah itu memberikan suatu bukti yang tidak pernah hilang. Berikanlah semua untukku, karena aku tak pernah ragu tuk berikannya pula hanya untukmu.

Kamu yang takkan terganti

Ada satu masa dimana kuyakin akan benar terjadi, dimana kejayaan hati akan mendominasi julangan tinggi melewati batas pandang khayal.
Bukan berarti bermegah-megah diatas kemunafikan, tetapi kemunafikan itulah yang akan runtuhkan kemilau megahnya.
Aku bukannya orang yang mengkaramkan hati, aku bukanlah orang yang kejam. Tetapi setiap keputusan yang kuraih selalu diartikan tiada jauh dari ketegaan dan kekejaman. Apakah ini merupakan suatu tirani langkah pembuka ?. Sedangkan yang aku tahu untuk melewati dan mendapatkan satu keinginan mudah pun layaknya menelan setumpuk bara sekam yang tiada terjangkau pandangan dan perkiraan.
Pohon-pohon kini mulai meranggas untuk bersemi kembali, begitu dan begitu saja berotasi untuk kurun waktu tertentu. Namun aku tidak seperti itu, bayang-bayang kekaguman yang kuterima bersalahkan arti dari pribadiku sebenarnya. Biarlah tetesan embun beku tetap menghujat, biarlah panas penguasa terang selalu menggugat, biarlah sisi religi tetap payungi aku dari lindasan kebingungan. Aku akan tetap menuntut dan meraih apa yang didamba.
Hanya mungkin pada siapa ?.
Tentunya pada seseorang yang mau menadahi cucuran kasih yang telah ditempa, aku tiada berkelit untuk mencobanya.
Demi keyakinan pada diriku, aku akan tetap mencintai dan menjalani apa yang tengah kujelang. Rindu itu selalu menggebu dan ciptakan berjuta khayal demi melihat terkasih tersenyum. Aku akan tetap pada niatku, hanya kamu yang mampu untuk meraihnya. Aku dan cintaku tiada terpisah.

Pahami lantunanku

Datanglah jiwa sang penyair... tuntunlah aku untuk curahkan gundah hati yang menyiksa. Sambutlah deraian air mataku dengan rangkaian kata indah yang selalu kau cipta. Buatlah aku seperti dirimu, buatlah aku memahirkan segumpal asa yang tak terpecahkan, bekalku dalam rasa huruku tiada terlukis dengan pancaran roman muka semata, karena aku selalu sembunyikan rasa itu dalam hati, sehingga setiap orang takkan pernah mau mengerti tentang kepedihan jiwaku.
Mungkin saat ini hanya selimut tebal yang mau memelukku, hanya sebatang rokok yang berkenan mengecup bibirku, hanya bergulung asap yang memenuhi udara nafasku, hanya hembus dedaunan yang mengelus rambutku, hanya serangga malam yang sudi dendangkan cinta ditelingaku. Dan mungkin tiada yang mau dekati pendosa seperti aku, dimana setiap langkah yang kupacu hanya menambah kecurigaan manusia beriman, dan setiap kali aku mengayun cinta tiada pernah bersambut dengan pandangan simpati.
Aku hanya menjalani apa yang kulakukan, tanpa ada sedetikpun dihati untuk hancurkan kisah insan, apalagi untuk puan tercinta.
Penyairku yang terhormat... bila kau tak mau menuntunku, biarlah wajahmu kujadikan sebagai ladang curahan jiwa,

biarlah jiwamu kujadikan ucapan jerit bibirku yang senantiasa berontak ketika aku berbahagia, sesal, dan haru. Saat ini kebahagiaan itu tengah menyapa meski diiringi oleh tatap kecurigaan dimana aku menjadi orang terkucil.
Tahukah kau siapa penyair terbaikku ?
Tak lain lagi adalah dirimu, aku terkagum akan pesona diri dan jiwamu. Jangan kau mengelak, karena aku pun tahu kau tercipta hanya untuk menaklukkan hatiku.